Tuesday, September 15, 2009

Edson Arantes do Nascimento, yang oleh dunia dikenal secara luas dengan nama "Pelé", dilahirkan pada tanggal 23 Oktober 1940 di sebuah desa kecil di Brazil yaitu Três Coracoes yang termasuk dalam wilayah negara bagian Minas Gerais. Ia telah dibaptis di Igreja da Sagrada Familia de Jesus, Maria de José. Ayahnya, João Ramos do Nascimento atau biasa Disebut Dondinho, adalah juga pemain profesional yang cukup dikenal di dunia sepakbola. Pada jamannya ia Dikenang Sebagai salah satu pemain terbaik untuk bola-bola atas. Ia bermain Sebagai penyerang tengah untuk klub Fluminense sampai akhirnya ia disergap cidera yang mengakibatkan tak bisa lagi berpartisipasi di dunia sepakbola divisi satu. Karena itu ibunya, Celeste, banteng-alih tanggung jawab untuk membesarkan Pelé dan suadara-saudaranya dengan penuh cinta kasih. Ketika masih kanak-kanak, Pelé sekeluarga boyongan ke Bauru, bagian tengah São Paulo, dimana ia belajar dari para Mahaguru seni sepakbola. Pada suatu hari Pelé Mengakui Merasa Bahwa ia mempunyai 3 ikatan batin yang sama eratnya dengan Tres Coracoes tempat ia dilahirkan, Bauru tempat ia menimba ilmu dan Santos, klub yang membawa namanya bersinar.
Karir Pelé
Pelé Mengais uang pertama kali Sebagai penyemir sepatu. Namun, cita-citanya Sebagai pemain sepakbola tidak pernah sirna.
Ia meniti karir di sepakbola semenjak usia dini. Semula ia bergabung di Beberapa tim amatir seperti Baquinho dan Sete Setembro. Menginjak usia 11 tahun, yaitu Ketika ia bergabung dengan tim Ameriquinha yang tidak ada pelatihnya, ia ditemukan oleh mantan pemain tim nasional Brasil untuk Piala Dunia yang bernama Waldemar de Brito. Menangkap ia bakat yang luar biasa dari Pelé dan Memberikan Tawaran untuk bergabung dengan tim yang diasuhnya, yaitu Clube Atlético Bauru?. Menginjak usia 15 pada tahun 1956, de Brito memboyong Pelé ke kota São Paulo dan dicoba bermain untuk klub profesional, Santos Futebol Clube (SFC). Hari itu, de Brito berkata kepada Direktur klub Bahwa "anak ini kelak akan menjadi pemain sepakbola terbesar di dunia."
Kiprah Pelé dimulai pada tanggal 7 September 1956 Ketika ia menggantikan posisi penyerang tengah Del Vecchio. Secara mengejutkan ia Menjebol gawang lawan dengan 6 gol dari 7 gol yang disarangkan timnya dengan posisi akhir 7-1 untuk kemenangan Santos. Pelé mengawali gol emasnya pada menit ke 36 yang bekerjasama dengan 2 penyerang pendukungnya Raimundinho dan Tite. Pelé menerima umpan di daerah kotak Penalti dan meskipun ditempel ketat oleh pemain belakang lawan, ia mampu menceploskan si kulit bundar di antara kedua kaki Penjaga gawang Zaluar. Zaluar belakangan dikenal secara luas Sebagai korban pertama dari KEGANASAN kaki emas Pelé. Perjalanan Pelé dari pertandingan tersebut hingga Mencapai puncak kejayaannya dilalui dengan sangat cepat. Dalam pertandingan liga yang pertama kali bersama Santos, ia langsung menggebrak dengan 4 gol. Pada musim kompetisi berikutnya, ia berhasil menempatkan diri sebagai Pencetak gol terbanyak di kompetisi liga negara bagian São Paulo dengan 32 gol.
Mimpi buruk bagi Korintus
Selama 10 tahun Membela bendera Pelé Santos, klub Korintus do Parque de São Jorge tidak pernah mampu mengalahkan Santos. Hasil-hasil pertemuan kedua tim tersebut adalah sebagai berikut:
14 September 1958: 1-0, 1 gol Pelé
7 Desember 1958: 6-1, 4 gol Pelé
30 April 1959: 3-2, 1 gol Pelé
26 Agustus 1959: 3-2, 1 gol Pelé
27 Desember 1959: 4-1, 2 gol Pelé
31 Juli 1960: 1-1, 1 gol Pelé
30 Nopember 1960: 6-1, 1 gol Pelé
3 Desember 1960: 1-1, 0 gol Pelé
23 September 1962: 5-2, 1 gol Pelé
3 Nopember 1962: 2-1, 1 gol Pelé
3 Maret 1963: 2-0, 2 gol Pelé
21 September 1963: 3-1, 3 gol Pelé
14 Desember 1963: 2-2, tidak main
18 Maret 1964: 3-0, 1 gol Pelé
30 September 1964: 1-1, 1 gol Pelé
6 Desember 1964: 7-4, 4 gol Pelé
15 April 1965: 4-4, 4 gol Pelé
29 Agustus 1965: 4-3, 2 gol Pelé
14 Nopember 1965: 4-2, 2 gol Pelé
8 Oktober 1966: 3-0, 0 gol Pelé
17 Desember 1966: 1-1, tidak main
13 Mei 1967: 1-1, 1 gol Pelé
10 September 1967: 2-1, tidak main
10 Desember 1967: 2-1, 1 gol Pelé
Pertama kali Corinthians berhasil menaklukkan Santos setelah periode tersebut adalah pada tanggal 6 Maret 1968 dengan skor 2-0.
Tidak lama berselang setelah Pelé Mengikuti musim kompetisi pertama bersama SFC, Sylvio Pirilo, pelatih tim nasional Brazil pada waktu itu, Memasukkan Pelé kedalam pasukannya. Ketika berumur 16 tahun pada tanggal 7 Juli 1957, Pelé Memperkuat tim nasional Brazil melawan Argentina serta berhasil mencetak satu-satunya gol dengan skor akhir 2-1 untuk kemenangan Argentina. Datang menjelang Piala Dunia tahun 1958, dan dunia terperangah dengan kehadiran si Mutiara Hitam ini. Akselerasinya yang mengagumkan serta Tembakan yang keras dan terarah benar-benar Membangkitkan decak kagum bagi Siapapun. Ia cukup dengan melenggang ke lapangan hijau, dan seketika itu gemuruh penonton meledak tiada hentinya mengelu-elukan dirinya. Julukan si Raja diberikan terhadap Pelé oleh pers Prancis Tahun 1961 pada tahun semenjak ia Memperkuat SFC di Beberapa pertandingan di Eropa.
Pelé dan Piala Dunia
Pelé turut ambil bagian dalam 4 kali Piala Dunia: Swedia tahun 1958, Chili tahun 1962, Inggris tahun 1966 dan Meksiko tahun 1970. Ia berhasil membukukan 12 gol dalam 14 kali pertandingan Piala Dunia.
Swedia 1958
Pertama kali Pelé ambil bagian dalam Piala Dunia ini adalah pada pertandingan ketiga, Ketika berhadapan dengan Soviet. Ia diterjunkan atas saran dari para official tim kepada Vicente Feola untuk menurunkan Pelé dan Garrincha setelah mereka memenangi dua pertandingan terdahulu melawan Austria dengan 3-0 dan seri 0-0 melawan Inggris. Pada pertandingan pertama tersebut Pelé belum berhasil menjaringkan gol, tetapi tim Brazil berhasil menekuk Soviet dengan skor 2-0 yang dihasilkan oleh VAVA. Di pertandingan berikutnya Pelé membukukan gol satu-satunya bagi tim Brazil. Ketika Brazil berhasil mempecundangi Prancis Tahun di semi final dengan skor mencolok 5-2, Pelé Melakukan hat trick dengan 3 gol Sedangkan VAVA dan Didi masing-masing 1 gol. Di partai final berhadapan dengan Swedia, Pelé menjaringkan 2 gol (, demikian pula VAVA 2 gol dan Zagalo 1 gol untuk hasil akhir 5-2.
Chili 1962
Dalam partai pertama yang Dimainkan tim Brasil melawan Meksiko, Pelé mencetak satu gol dan Brazil memenangi pertandingan tersebut. Sayangnya, kendati kejuaraan ini termasuk milik Pelé, tetapi ia terpaksa diistirahatkan lebih awal Sebagai ujung Tombak. Memasuki menit kesepuluh Ketika berhadapan dengan Cekoslowakia, otot kakinya tertarik dan ia harus ditarik keluar dari pertandingan ini dan partai-partai berikutnya. Piala yang diraih Brazil Kemudian mejadi milik Mané Garrincha, sementara posisi Pelé digantikan oleh Amarildo.
Inggris 1966
Sejak semula, segala sesuatunya terasa serba salah bagi tim Brazil untuk Menghadapi kejuaraan ini. Bagaimanapun, 43 pemain akhirnya direkrut untuk Memperkuat pasukan Brazil. Ketika Namun tim bertolak ke Eropa, dua pemain terbaik mereka yaitu Penjaga gawang Valdir dan penyerang Servilio dikeluarkan dari tim. Di pertandingan pertama, Brazil mengalahkan Bulgaria dengan 2-0 hasil dari kaki Pelé 1 gol dan satunya oleh Garrincha. Kemudian Brazil kalah 3-1 melawan Hungaria dan di pertandingan berikutnya melawan Portugis, Pelé terpaksa harus ditarik keluar lapangan karena dua kali cidera oleh pemain-pemain Portugis yang bermain sangat kasar. Pergantian itu dilakukan Sebagai peringatan terhadap tim lawan.
Meksiko 1970
Ini adalah kejuaraan yang menganugerahkan Piala Tetap Jules Rimet bagi Brazil. Di pertandingan pertama, Brazil menjungkalkan Cekoslowakia 4-1 melalui 2 gol dari Jairzinho, masing-masing 1 gol oleh Pelé dan Rivelino. Korban berikutnya menyusul Inggris yang ditekuk 1-0 melalui gol Jairzinho. Kemudian Brazil memenangi 3-2 atas Rumania melalui 2 gol dari Pelé dan satu gol dari Jairzinho. Kemengangan berikutnya diraih atas Peru dengan skor 4-2. Brasil Melaju ke puncak setelah dalam babak semi final mempecundangi Uruguay dengan skor 3-1. Di partai Final Brazil melibas tim Itali dengan skor telak 4-1 melalui gol-gol dari Pelé (lihat videonya disini), Gerson, Jairzinho, dan Carlos Alberto. Dalam kejuaraan ini, Pelé juga membukukan 3 kali kesempatan emas terbaik dalam sejarah, Sehingga membuahkan Julukan Penyelamatan terbaik bagi Penjaga gawang Inggris, Banks, Balinese sejarah Piala Dunia Penyelenggaraan Ketika ia menggagalkan sundulan kepala dari Pelé.
Tiga musim kompetisi bersama New York Cosmos
Oleh Pelé dan diambil dari Peles Homepage.
"Ini semua berawal pada tahun 1971 Ketika saya masih Memperkuat Santos FC bertandang ke Kongston, Jamaika dan saya menerima kunjungan Clive Toye, general manager dari sebuah tim yang baru dibentuk dengan nama Cosmos, Phill Woosman yang belakangan menjadi anggota NASL dan Kurt Lamm, Sekjen Federasi Sepabola Amerika Serikat (US Soccer Federation). Mereka ingin tahu apakah saya mau bermain di Amerika untuk tim Cosmos apabila saya sudah gantung sepatu dari Santos. Ketika Prof Mazzei menerjamahkan maksud mereka, saya bilang: 'Proffessor, katakan Bahwa mereka kurang waras! Saya tidak akan bermain untuk tim manapun setelah pensiun dari Santos! '. Tiga tahun Kemudian, setelah terakhir kalinya saya Membela Santos, Clive Toye menelpon saya dari New York dan mengatakan Bahwa Cosmos ingin bicara dengan saya tentang Kemungkinan mengontrak saya. Enam bulan berselang sejak pertemuan diadakan serta berbagai pesan, telgram dan telpon ditujukan kepada saya, akhirnya saya Memutuskan untuk menerima Tawaran Warner Communications, pemilik klub New York Cosmos, untuk berkecimpung lagi di dunia profesional selama tiga musim kompetisi.
Kenangan tentang Pelé yang tak terlupakan
Pelé adalah orang yang dapat menggerakkan massa. Di akhir tahun enampuluhan, Ketika ia bersama timnya Santos bertandang ke Nigeria untuk memainkan Beberapa partandingan persahabatan, perang sipil yang sedang berkobar di negara itu seketika terhenti selama kunjungannya. Ketika ia menjejakkan kaki di Amerika Serikat untuk berbagung dengan New York Cosmos, ia menyedot ribuan penggemar ke stadion hanya karena ingin menyaksikan dirinya. Pelé adalah sebuah idola bagi jutaan orang sampai saat ini. Disebut-Sebut namanya di seluruh penjuru dunia dengan berbagai pujian.
Banyak nama-nama atribut Memberikan reputasi tentang Pelé, diantaranya sebagai berikut:
"Bagaimana anda mengeja Pelé? H-E-B-A-T."
The Sunday Times, koran London.
"Seandainya Pelé tidak dilahirkan Sebagai seorang laki-laki, maka ia akan terlahir Sebagai sebuah bola."
Armando Nogueira, jurnalis Brazil.
"Melahirkan 1,000 gol seperti yang Pelé jaringkan tidaklah sesulit melahirkan seorang Pelé."
Carlos Drummond de Andrade, penyair Brazil.
"Setelah Kelima gol terjadi, saya ingin memberi hormat kepadanya."
Sigge Parling, pemain belakang Swedia yang menempel Pelé Balinese pertandingan final Piala Dunia 1958.
"Saya kira: ia toch terbuat dari kulit dan tulang seperti saya. Ternyata saya salah."
Tarciso Burnigch, pemain belakang Italia yang menempel Pelé selama partai final Piala Dunia 1970.
"Wow, man, anda terkenal."
Robert Redford, setelah ia menyaksikan Pelé Memberikan lusinan foto dirinya di New York Sedangkan ia tidak diminta satu lembarpun.
"Pelé tidak akan punah."
Edson Arantes do Nascimento - Pelé.
Di tahun 1993, Pelé diangkat Sebagai anggota Dewan Kehormatan Sepak Bola Amerika Serikat. Setelah Pelé bermain di sebuah stadion di Lima, Ibukota Peru, di dinding stadion terpampang papan bertuliskan "Pelé pernah bermain disini." Suatu kali ia Bahkan menghetikan perang sipil (lihat di atas) di Nigeria: 48 jam gencatan senjata ditandatangani dengan Biafra kedua belah PIHAK Sehingga dapat menyaksikan pertandaingan eksebisi yang Dimainkan oleh Pelé. Ketika ia pamit dari tim nasional pada tanggal 18 Juli 1971, 200,000 orang tumpah ruah di Monumen Maracanã, dan ia menghadiahkan kaos bernomor punggungnya yang Bersejarah yaitu nomor 10 kepada seorang anak berusia 10 tahun.
Pelé adalah satu-satunya orang yang berhasil memboyong 3 kali Piala Dunia Sebagai pemain (1958, 1962 dan 170) dan mencetak 1,281 (atau 1284) gol di 1,363 pertandingan profesional yang barangkali Ini merupakan rekor Balinese masa di dunia sepakbola. Ini adalah rata-rata masa Balinese gol dengan 0,93 gol tiap pertandingan. Pada tahun 1959 ia mengukuhkan diri sebagai Pencetak gol terbanyak di liga São Paulo dengan 126 gol dalam satu musim kompetisi. Pada tanggal 21 Nopember 1964, ia mencetak 8 gol dalam satu pertandingan melawan Botafogo dari Rio de Janeiro. Tanggal 19 Nopember 1969 Ketika ia mencetak golnya ke-1,000 yang sangat terkenal dari titik Penalti di menit ke 34 melawan Vasco da Gama, ia mendedikasikan gol tersebut kepada para anak-anak miskin dan orang-orang Jompo yang menderita di Brazil. Pelé juga turut ambil bagian dalam apa yang dikenal dengan "Usia Emas" dari Libertadores Cup dari 1960 sampai1963 dimana Peñarol, kesebelasan dari Uruguay, menjadi langganan Bertemu Santos di babak final. Peñarol Memenangkan pertandingan pada 1960 dan 1961 Sedangkan Santos merebut gelar juara berturut-turut pada 2 tahun berikutnya.
Pelé Memberikan inspirasi atas PERANAN Sebagai pengatur irama permainan tipe pemain tengah. Ia selamanya Memimpin pemain-pemain hebat lainnya seperti brazil VAVA, Didi, Garrincha, dan masih banyak lagi. Banyak yang Memberikan penilaian Bahwa Pelé tetap akan menjadi pemain terbaik seandainya dia ditempatkan pada posisi manapun. Bahkan Pelé pernah Suatu kali bersikukuh kepada manajer Santos untuk bermain Sebagai Penjaga gawang. Pada tanggal 19 Januari 1964 ia menggantikan posisi Gilmar, Penjaga gawang Santos yang dikeluarkan oleh Wasit, dalam babak semi final Piala Brazil. Selama lima menit, setelah Menciptakan 3 gol, Pelé Menggunakan nomor punggung 1 dan Melakukan dua kali Penyelamatan yang spektakuler Mengamankan Sehingga jalan bagi Santos untuk menuju babak final.
Perpisahan dengan Santos
Pelé bermain untuk terakhir kalinya selama 21 menit bersama Santos Futebol Clube Dalam Suatu pertandingan pada tanggal 3 Oktober 1974, mulai jam 21:08. Santos Memenangkan pertandingan melawan Ponte Preta tersebut dengan skor 2-0 melalui gol Cláudio Adão dan gol bunuh diri dari Geraldo. Tetapi pertandingan sempat terhenti bagi para penggemar Ketika:
"Aos 21 minutos de jogo, quando Pelé, inesperadamente, pegou a bola com sebagai MAOS, ajoelhou-se no meio melakukan gramado e ergueu os braços, a torcida que estava em não Vila Belmiro pôde negar-se a um momento de surpresa. Mas , foi apenas um momento. Logo, ela compreendeu que o Pelé estava determinando final de sua Carreira Maior de jogador de futebol de todos os tempo. "
[Di menit ke 21, Ketika Pelé secara tak terduga Menangkap bola dengan kedua belah tangannya, kemudian berlutut di tengah lapangan dan Mengangkat kedua tangannya, menyebabkan gemuruh di stadion Vila Belmiro seketika menjadi tercengang menyaksikan adegan tersebut. Tetapi hanya berlangsung sejenak. Penonton segera menyadari Bahwa Pelé telah Memutuskan untuk mengakhiri karirnya Sebagai pemain sepakbola terbaik Balinese masa.]
Itu adalah akhir dari karir Pelé Kostum Membela bergaris kebanggaan Santos. Setelah itu sang kaisar Pelé diboyong oleh New York Cosmos dengan tujuan mempopulerkan olahraga sepakbola di tanah Paman Sam. Dan satu hal yang dapat dilakukan oleh Pelé dengan sempurna, adalah mempopulerkan segala keinginannya dengan kebesarannya, kecerdasannya, dan ketokohannya yang mendunia.

kenapa pemain sepak bola bisa kaya

Tahukah Anda, dengan menjadi pemain sepakbola profesional, Anda dapat menjadi kaya raya? Hal tersebut memang sudah terbukti
dengan telah diinformasikannya Pencapaian Tertinggi bayaran pemain sepakbola dunia,
Dari mana saja pendapatan pemain sepakbola tersebut Sehingga menjadi kaya?
Tentu pemain sepakbola tersebut pengaruh sangat besar bagi klub. Dengan pendapatan klub dari tiket, hak Siar dan produk-produk komersial lainnya, maka semakin bagus dan menarik pemain sepakbola tersebut, maka semakin banyak penonton yang menyaksikan pertandingan, semakin banyak hak Siar yang dapat dijual, dan semakin banyak perusahaan-perusahaan sponsor untuk produknya menawarkan diiklankan dalam setiap pertandingan. Maka otomatis akan semakin tinggi bayaran pemain sepakbola tersebut.
Menurut Deloitte Survei 2006/2007, Liga Inggris ternyata berhasil Memberikan pemasukan terbesar yaitu sebesar Rp 28,2 triliun (2006/2007). Di tempat kedua Bundesliga adalah sebesar Rp 16,9 triliun, kemudian Liga Spanyol sebesar Rp 16,9 triliun, Serie A Italia sebesar Rp 15 triliun, dan Liga Prancis Tahun sebesa Rp 13 triliun.
Jika dilihat dari bayaran pemain peringkat dunia profesional yaitu:
1. David Beckham £ 24.7m ($ 49.4m)
2. Ronaldinho £ 19.2m ($ 38.4m)
3. Lionel Messi £ 18.3m ($ 36.6m)
Sungguh bayaran yang sangat tinggi, karena memang pemain sepakbola tersebut telah membawa pengaruh besar bagi masyarakat dunia. Kalau pemain tersebut masuk ke klub yang membayarnya Suat pendapatan klub tersebut pasti akan semakin meningkat tinggi, dngan banjirnya penonton, banjirnya hak Siar, banjirnya sponsor. Itu yang sangat diharapkan perusahaan-perusahaan tersebut.
Anda mau kaya raya? Jadilah pemain sepakbola profesional yan Berprestasi.

Monday, September 14, 2009

sauhuishuhd ajdd adkjio idjoijoid

Sunday, September 13, 2009

Man City 4 - 2 Arsenal

Emmanuel Adebayor silenced the taunts of Arsenal fans as he inspired Manchester City to a fourth successive Premier League victory - but sparked fury among his former supporters inside Eastlands with a provocative solo goal celebration.

Adebayor caused chaotic scenes in the Arsenal section of support when he raced the length of the pitch to slide on his knees in front of the visiting fans after heading City's crucial third goal to wrap up the win.

The former Arsenal striker, who completed an acrimonious £25.5m move from the Emirates before the start of the season, was booked by referee Mark Clattenburg and may not have heard the last of an ill-judged reaction after the situation in the crowd briefly threatened to boil over.

Adebayor also appeared to kick out at Robin van Persie during an eventful second-half and his antics took some of the gloss off a City performance that demonstrated there is genuine substance to the expensive refit of their squad under manager Mark Hughes.

City took the lead after 20 minutes when Micah Richards' header was unluckily deflected in by Arsenal keeper Manuel Almunia off an upright.



Van Persie put Arsenal back in contention with a low finish just after the hour - but City then struck three times in 10 minutes to add to the growing belief inside Eastlands that they can mount a serious challenge to the top four this season.

Craig Bellamy turned Richards' cross past Almunia before Adebayor showed the more acceptable face of his character with a towering header from Shaun Wright-Phillips' cross.

Eastlands was in pandemonium when Wright-Phillips turned home City's fourth, and Tomas Rosicky's late goal mattered little as Arsenal collapsed in alarming fashion.

If City and boss Hughes were looking for an accurate measure of their prospects this season, then this deserved win will send optimism coursing through Eastlands.

City showed attacking verve, especially in the shape of Adebayor and Bellamy - even with Carlos Tevez injured and Robinho sidelined for up to a month with a stress fracture just above his ankle - but perhaps more importantly showed the character to dig their way out of adversity when Arsenal threatened to take control.

And with a Manchester derby looming at Old Trafford next Sunday, City will travel to face their arch-rivals in great heart.

Adebayor received a predictably hostile reception from Arsenal's travelling support - and his former team-mates looked in the mood to make him regret what he had left behind in the opening exchanges.

Manchester City, with £24m new boy Joleon Lescott taking time to settle on his home debut and earning a yellow card for a foul on Van Persie, struggled to establish any control and should have fallen behind when the unmarked William Gallas headed over from Cesc Fabregas' corner.

The complexion of the game altered when City took the lead in fortuitous circumstances after 20 minutes. Richards did well to rise and head powerfully towards goal, but the final touch came off unfortunate Arsenal keeper Alumnia, who turned his effort on to an upright but then saw it bounce back in off his head.

Arsenal's early superiority evaporated in the face of that setback and City were able to exert a measure of superiority without putting the Gunners' defence under serious pressure.

Boss Arsene Wenger wasted no time in making a change after the interval, waiting only seven minutes before replacing Denilson with Rosicky after the injury-plagued star played his first competitive match for 20 months in the Czech Republic's 7-0 win against San Marino in midweek.

The effect was almost instant - even though Rosicky was not involved. Gallas again met a corner, this time from Van Persie, but City keeper Shay Given made a vital block and Nicklas Bendtner shot the rebound wildly across the face of goal.

Arsenal were turning up the tempo and playing on City's inability to keep possession, with Given forced to excel again from Thomas Vermaelen's shot.

The pressure looked certain to pay, and so it proved after 62 minutes when Van Persie's low shot flew just beyond the reach of Given and into the bottom corner.

City showed great strength of character to regain their composure, and the lead, with 16 minutes left as Bellamy swept a finish high past Almunia.

The moment Adebayor craved arrived after 80 minutes - but it was a moment of joy the striker marred with a celebration that was both foolish and highly-provocative.

He rose magnificently to head his fourth goal in successive league games past Almunia, but then sprinted the length of the field, unaccompanied by his team mates, to slide on his knees in front of enraged Arsenal fans.

It was an act that caused chaos in the Arsenal section of Eastlands as order was eventually restored - but Adebayor was rightly shown the yellow card by referee Mark Clattenburg.

Arsenal's misery deepened four minutes later when Wright-Phillips rounded off more good work from the tireless Bellamy, and Rosicky's late goal was of no consolation.

City's fans celebrated wildly and deservedly at the final whistle, but it will be the celebration of Adebayor that will also claim unwanted headlines.